Beberapa hari yang lalu (23/12/2018) Pak Prabowo jadi trending topik (lagi). Setelah Awal Desember (katanya) keseleo lidah soal gelar Nabi Muhammad SAW, sekarang Pak Prabs (biar akrab) dikabarkan menyebut Haiti ada di Afrika. Sontak kabar ini memancing banyak komentar. Pro-kontra sudah pasti tidak terhindarkan. Yang kontra menyerang dengan menyebut Pak Prabs tidak paham geografi. Yang pro membela dengan mengatakan makna kalimatnya diplintir.
Hal ini jelas membingungkan pemilih pemula seperti saya. Pemilih pemula artinya kemarin-kemarin tidak tertarik memilih, baru tertarik memilih sebentar sudah disuguhi debat tidak bermutu filosofis begini. Pusing pala barbie.
Kaitannya dengan hal itu mari kita pikirkan bersama. Sebenarnya Pak Prabs ngomong apa sih kok sampai bikin ramai? Walaupun setiap kata yang keluar dari mulut tokoh politik, ditahun politik tafsirnya bisa macam-macam tapi ada baiknya kita cermati demi masa depan bangsa.
Kalau boleh saya transkrip, kira-kira begini kalimat utuh yang disampaikan Pak Prabs,
“Artinya kita setingkat sama negara-negara miskin di Afrika. Berarti Indonesia setelah 73 tahun merdeka berada setingkat dengan Rwanda, Siera Leone, Haiti, Chad dan pulau-pulau kecil seperti Kinibati yang kita tida tahu dimana letaknya.”
Masalahnya ada di deretan penyebutan negara-negara yang dijadikan contoh. Disitu nyempil nama Haiti yang notabene ada di Benua Amerika diantara negara-negara Afrika. Kok bisa? Tenang-tenang, atas dasar kemanusiaan, kita wajib hukumnya husnudzon kepada belio. Berikut saya jelaskan analisis saya, ceileeeeh.
- Pak Prabs Penganut Mahzab Critical Geopolitics yang Kaffah
Yang belajar Hubungan Internasional harusnya familiar dengan konsep ini. Kira-kira begini, batas negara itu pada dasarnya tidak ada yang baku. Semua disepakati oleh otoritas politik, masyarakat sekitar dan mekanisme ekonomi. Contoh, Kabupaten Nunukan di Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia sedangkan jaraknya ke Kalimantan Utara 100km lebih dengan medan yang sulit, masuk ke wilayah Negara Indonesia. Logikanya kan lebih gampang kalau Nunukan masuk ke Malaysia, secara geografis maupun administratif. Tapi kesepakatan dua negara batasnya ya di situ, di Nunukan yang masuk Indonesia.
Kesepakatan lewat apa? Lewat proses politik dan praktik sosial. Nah kalau pakai logika itu bisa jadi Pak Prabs menganggap batas antara Haiti dan Benua Afrika ini dekat ya ndak apa-apa. Bisa saja di masa depan nanti negara-negara ini sepakat dengan apa yang disampaikan Pak Prabs, kemudian bikin praktik geopolitik mengikuti pendapat Pak Prabs. Kan gampang kalau mau liburan ke Pantai Labadee terus lanjut Safari ke Afrika, gak pake visa.
Tapi yang jelas-jelas secara geografis berbatasan langsung dengan Indonesia itu Timor Leste pak, bapak masih ingat jalannya kan? Hehehe.
- Pak Prabs Paham Benar Sejarah Bumi
Menurut Geologis Alfred Wagener, pembentukan benua-benua di dunia bisa dijelaskan melalui teori continental drift. Teorinya kira-kira begini, jaman dulu kala sekitar 550juta – 250juta tahun yang lalu semua daratan di bumi membentuk pulau besar yang bernama Pangea. Pulau super besar ini kemudian terpecah karena proses alam menjadi benua-benua yang kita kenal sekarang. Pada waktu masih menjadi Pangea, ternyata daratan yang sekarang kita kenal sebagai Afrika dan Amerika pernah nempel lho! Iya jadi satu! Tetanggaan!
Bukan tidak mungkin kondisi jaman Pangea terbawa sampai sekarang. Mungkin negara-negara Afrika yang disebut Pak Prabs nostalgia dengan tetangga lamanya 500juta tahun yang lalu, Haiti.
- Pak Prabs Ingin Mendirikan Blok Baru
Kemungkinan ketiga Pak Prabs punya visi besar jika terpilih menjadi presiden nanti. Belio mungkin berencana mendirikan blok baru. Setelah di beberapa kesempatan menyampaikan kalau apa yang diprotes Bung Karno dulu soal kekayaan negeri yang dikuasai asing masih relevan sampai sekarang, mungkin Pak Prabs mau meneladani cara Bung Besar. Bung Besar dulu sempat menginsiasi Gerakan Non Blok untuk menyediakan ruang navigasi negara-negara yang tidak ingin terafiliasi ke salah satu blok Perang Dingin. Atau mungkin belio ingin mendirikan perkumpulan semacam BRICS yang berisi lima negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat. Prediksi saya yang kedua, bedanya ini negara-negara dengan kondisi ekonomi yang kata Pak Prabs, kata Pak Prabs lho ya, miskin.
Tiga poin itu hasil husnudzon saya kepada pernyataan Pak Prabs soal Haiti dan Afrika. Kepada siapapun kita wajib berbaik sangka. Walaupun beda pandangan politik, tapi yang bersangkutan adalah saudara kita dalam kemanusiaan dan kita wajib saling mengingatkan. Tapi kalau berkali-kali keseleo lidah mungkin yang bersangkutan memang tidak paham, atau lebih parah lagi sengaja ngomong hal yang salah. Tenang pak, kalau kubu sebelah keseleo lidah juga, nanti kita omongin sama-sama, biar adil hehehe.
*Dipublikasikan pertama kali di locita.co oleh Dias Pabyantara
0 comments